Pagelaran wayang dalam pesta sejuta buku 2018
PONOROGO – Dalam rangka memeriahkan pesta sejuta buku 2018 yang digelar oleh Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Ponorogo bekerjasama dengan Three GP Production, Sabtu 03 Maret 2018 dimulai 20.00 s.d 22.00 WIB di Gedung Apollo jalan aloon-aloon timur digelar pertunjukan wayang kulit oleh dalang cilik Ki Muhammad Fatih Assegaf dengan lakon “Gatotkaca Jedi (lahirnya gatotkaca).
Dalam pertunjukan kali ini Ki Muhammad Fatih Assegaf diiringi oleh grup musik dan grup kawawitan dari SDN 1 Mangkujayan Ponorogo, dan membawakan cerita tentang lahirnya gatotkaca, yaitu dimulainya dari kelahiran putra dari raden werkudara dan dewi arimbi yang diberi nama tetuka yang kemudian lebih dikenal dengan nama gatotkaca, sang anak lahir dengan wujud raksasa dengan ari2 yang terus menepel karena tali pusatnya belum putus, karena keadaan tersebut raden werkudara dan pandawa merasa malu, untuk mengatasi masalah tersebut diutuslah arjuna untuk bersemedi meminta pertolongan para dewa, hingga akhirnya tetuka dibawa ke kawah candradimuka, dimasukkan kedalam kawah Bersama dengan segala macam pusaka ampuh, tulangnya dibuat dari besi, jari-jarinya dari gunting, telapak tangan dari pacul dan kumisnya dari kawat, tetuka tidak berwujud bayi lagi tetapi menjadi pemuda dewasa dan diberi nama rangkap yaitu gatotkaca dan kacanagara, dan dengan kekuatannya gatotkaca mampu mengalahkan kala pracona yang telah mengobrak-abrik khayangan dan mengembalikan khayangan menjadi tentram kembali.
Dalang cilik dan para pendukung acara
Dalang cilik Ki Muhammad Fatih Assegaf saat ini duduk di kelas IV SDN 1 Mangkujayan Ponorogo, selama ini ia belajar seni pewayangan dari Bapak Sigit, dan sudah bebrapa kali tambil dalam event wayang yang ada di Ponorogo termasuk pada peringatan 17 Agustus 2017 yang lalu. Cita – cita terbesarnya adalah menjadi dalang professional yang akan turut menjaga melestarikan budaya jawa khususnya kesenian pewayangan. [FH/NVS]
Buku adalah cakrawala dunia, dari buku kita bisa mengetahui seluruh isi dunia dan alam semesta. Sejak kecil Fatikh memang sangat senang membaca, khususnya cerita wayang. Hal ini yang membawa dia menjadi hobby membaca,membaca, dan membaca, sehingga menghantarkan dirinya menjadi salah satu dalang cilik. Dengan membaca dia bisa “delivery” cerita wayang dalam bentuk sebuah pagelaran wayang. Terimakasih kepada Dinas Perpustakaan Ponorogo dan kru pameran buku 2018 karena telah memberikan wadah untuk Fatikh berkreasi. Semoga minat membaca akan semakin timbul di dalam generasi muda. Aamiin….
kesenian daerah ini memang harus dilestarikan agar tidak hilang dimakan oleh zaman, budaya daerah ini juga harus selalu kita senangi dan pelajari agar anak cucu kelak masih bisa menikmati begitu kerennya budaya Indonesia
inspiratif sekali, profesi dalang cilik ini bisa menjadi aset yang sangat berharga bagi perkembangan kebudayaan yang ada di Indonesia.
sukses terus buat kegiatan ini semoga selalu memperikan nilai fositif mengenai kebudayaan